Yuri Berbicara Present...

Intip-intip'ers

TEORI-TEORI SOSIOLOGI DAN KOMUNIKASI SOSIAL


TEORI-TEORI SOSIOLOGI DAN KOMUNIKASI SOSIAL
(Pertemuan ke 3)
___________________________________________________________

PENGANTAR.
Dalam wacana teori sosiologi dikenal sejumlah paradigma, akan tetapi yang paling populer adalah paradigma yang dikemukakan oleh George Ritzer. Dari ketiga paradigma tersebut, masing-masing akan dikemukakan satu teori yang dianggap mewakili, yang akan dipergunakan untuk membahas hubungan antara komunikasi massa dengan masyarakat.
Tiga teori tersebut adalah teori struktural fungsional (Fakta Sosial), teori interaksionisme simbolik (Definisi sosial) dan teori pertukaran sosial (Perilaku Sosial).

1. TEORI-TEORI SOSIOLOGI
Sesungguhnya terdapat banyak sekali teori-teori Sosiologi, akan tetapi disini akan dibicarakan tiga teori. Pertama, teori Fungsionalisme (paradigma Fakta Sosial), kedua, Interaksionisme Simbolik (paradigma Definisi Sosial) dan ketiga, Pertukaran Sosial (paradigma Perilaku Sosial).
Masing-masing teori memiliki Subject Matter (obyek studi) sendiri-sendiri karena masing-masing memiliki Basic Assumption sendiri-sendiri pula.
Perbedaan-perbedan tsb pada gilirannya akan menampikan makna yang berbeda pula dalam menganalisis suatu fenomena-fenomena, utamanya fenomena komunikai dan masyarakat.

A.   Teori Struktur Fungsional (Fakta Sosial) dengan tokoh utamanya Emile Durkheim
Menurut Ritzer, obyek studi sosiologi menurut paradigma ini adalah fakta sosial ( meliputi struktur sosial dan pranata sosial) yang bersifat eksternal, umum dan memaksa individu anggota masyarakat.
Struktur Sosial : Menggambarkan jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir.
Pranata Sosial : Adalah norma sosial dan pola-pola nilai sosial.

Ciri-ciri utama Fakta Sosial :
1). General (umum).
Berlaku tidak hanya untuk perseorangan, akan tetapi bagi seluruh komunitas. Misalnya penggunaan Bahasa Indonesia, tidak hanya untuk rang-orang tertentu akan tetapi siapa saja anggota masyarakat yang menggunakannya.

2). Coercion (memaksa).
Berlaku memaksa setiap orang untuk memberi arti sebagaimana yang telah disepakati oleh komunitas penggunanya.

3). External (luar)
Keberadaannya diluar eksistensi individu, yaitu sebagaimana FS yang lainnya seperti agama, hukum, kesenian, yang akan tetap ada kendati individu penggunanya telah tiada.

Ritzer menyebutkan bahwa obyek studi paradigma ini adalah bagaimana fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Misalnya saja bagaimana lembaga agama mempengaruhi tindakan-tindakan anggota dalam kehidupan bersama orang lain dalam masyarakatnya.
Menurut Horton dan Hunt sejumlah asumsi perspektif ini adalah sebagai berikut :
a.     Corak perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat.
b.     Pola perilaku timbul karena untuk memenuhi kebutuhan dan akan hilang apabila kebutuhan telah berubah.
c.      Perubahan sosial dapat mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil, namun kemudian akan terjadi keseimbangan baru kembali.
d.     Suatu nilai/kejadian pada suatu waktu/tempat akan dapat menjadi fungsional atau disfungsional pada waktu/tempat yang berbeda.
e.      Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pengikut paradigma ini antara lain, apakah perubahan yang diusulkn akan bermanfaat bagi masyarakat ?

B.   Teori Interaksionisme Simbolik (Definisi Sosial) dengan tokoh utamanya Max Weber.
Menurut Ritzer inti dari obyek studi paradigma ini dalah proses pendefinisian realitas sosial dan bagaimana orang mendefinisikan situasi, baik secara intra subyektif maupun inter subyektif, sehingga melahirkan tindakan-tindakan tertentu sebagai akibatnya.
Weber menegaskan bahwa manusia itu adalah makhluk yang kreatif dalam membentuk realitas sosial (dunianya sendiri), misal anak kecil dengan tongkat kakeknya, seolah-olah dirinya pahlawan dengan pedang samurai menghadapi raksasa jahat yang sebenarnya adalah patung batu hiasan. Dengan demikian disimpulkan bahwa manusia bahkan anak-anak telah mampu menciptakan dunia sosialnya sendiri. Peran-peran kita sebagai ayah, dosen, peronda dlsbnya adalah bikinan kita sendiri.
Bagaimana teori Interaksionisme Simbolik menjelaskan tindakan manusia dalam interaksinya dengan sesama anggota masyarakat, yang tentusaja penjelasan-penjelasan teoritisnya sesuai dengan asumsi yang telah ditetapkannya.
Menurut Blumer terdapat asumsi-asumsi sebagai berikut :
a.     Manusia bertindak atas dasar makna yang dimiliki oleh benda, kejadian atau fenomena tsb bagi manusia. Misalnya pengemis, bagi yang memberi memaknainya sebagai korban para pemimpin korup. Sedang bagi yang tidak memberi karena menganggap orang tsb pemalas, karena berbadan sehat tetapi malas bekerja.
b.     Makna suatu benda, kejadian atau fenomena merupakan produk dari interaksi sosial para anggota masyarakat. Misalnya makna tidak inherent pada bendanya itu sendiri, akan tetapi merupakan hasil interaksi sosial.
c.      Makna-makna itu dikelola serta dimodifikasikan melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda-tanda yang dijumpai sewaktu interaksi sosial berlangsung. Dengan demikian makna itu merupakan penafsiran dari anggota masyarakat dalam menanggapi kejadian/fenomena dalam masyarakat.

Ritzer menyimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan antar kelompok dengan simbol yang dipahami maknanya melaui proses belajar.
Kalangan interaksionis menegaskan bahwa tindakan manusia bukanlah respons langsung terhadap stimuli yang dihadapi, jadi stimulus bukanlah determinan faktor. Antara stimulus dengan respons terdapat intervening variabel yang disebut “proses mental”, misalnya dorongan sex pada binatang, begitu timbul akan dilakukan dengan segera, sedangkan manuisa tidaklah demikian.

C.   Teori Pertukaran Sosial (Perilaku Sosial) dengan tokoh utamanya B.F. Skinner.
Menurut Ritzer obyek studi dari teori ini adalah perilaku manusia (human behavior). Para behaviorist berusaha untuk mencari dan meramalkan perilaku sosial yang terjadi sebagai hasil interaksi antar anggota masyarakat. oleh karena itu paradigma ini menekankan studinya pada respons seseorang terhadap stimuli yang dihadapinya. 
Dalam teori pertukaran, Homans dipengaruhi oleh para pendahulunya pemikir ekonomi seperti Smith, David Ricardo dan Stuart Mill, sehingga teori ini sangat menekankan pada pertimbangan untung-rugi individu dalam interaksi sosialnya.
Asumsi teori pertukaran ini adalah :
a.     Manusia pada dasarnya tidak mencari keuntungan maksimal, akan tetapi dalam berinteraksi senantiasa mencari keuntungan.
b.     Manusia tidak selalu rasional, akan tetapi dalam setiap interaksinya cenderung berpikir untung-rugi.
c.      Sekalipun tidak memiliki informasi semua hal mengembangkan alternatif, akan tetapi memiliki informasi terbatas yang dapat dipakai landasan mengembangkan alternatif untuk menghitung untung-rugi.
d.     Walau senantiasa dalam keterbatasan, tetapi manusia tetap berkompetisi mendapatkan keuntungan dalam bertransaksi.
e.      Walau senantiasa berusaha mendapatkan keuntungan dari interaksinya, tetapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia.
f.       Walau senantiasa bersaha mendapatkan keuntungan material, tetapi mereka melibatkan dan menghasilkan hal-hal yang bersifat non-material seperti emosi, perasaan suka, sentimen dlsbnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Please comment after read this articel. Thank you :)